Laporan Pemeriksaan Gerakan Tanah Di Desa Kalijering Kecamatan Padureso Oleh Tim PVMBG - KESDM
Laporan Pemeriksaan Gerakan Tanah Di Desa Kalijering Kecamatan Padureso Oleh Tim PVMBG - KESDM
Foto : Longsoran tanah yang menimbulkan 3 orang korban jiwa, kerusakan rumah dan ladang di Desa kalijering
Hasil pemeriksaan lapangan Tim Tanggap Darurat Gerakan
Tanah di Desa Kalijering Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah, berdasarkan kejadian longsor yang mengakibatkan 3 orang meninggal
dunia.
Hasil pemeriksaan sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu
Kejadian Gerakan Tanah:
Lokasi Kejadian Gerakan Tanah berada di RT 02/02 Dusun Kalijering, Desa
Kaljering, Kecamatan Padureso dengan koordinat : 7° 37' 29,9"LS dan
109° 48' 40,3" BT (Gambar 1).
Gerakan tanah pada lokasi ini merupakan tipe longsoran tanah yang
dipicu oleh hujan deras yang melanda Kabupaten Kebumen, sejak siang hingga
malam pada tanggal 8-9 Februari 2021. Kejadian Gerakan tanah terjadi pada hari
selasa, 9 Februari 2021 antara pukul 19.00 – 20.00 WIB. Kejadian Gerakan tanah
ini juga pernah terjadi ditempat yang sama paska hujan deras tanggal 26 - 27
Oktober 2020 dan sudah dilakukan pemeriksaan dan kajian oleh tim tanggap
darurat bencana Gerakan tanah PVMBG dengan nomor surat laporan 769/Lap/45/BGL.V/2020
2. Dampak bencana
Berikut data dampak bencana berdasarkan data BPBD dan warga Dusun
Kalijering, Desa Kalijering
3 orang meninggal, 6 rumah hilang/rusak terdiri 6 KK yang terdampak dan
Warga khawatir longsoran susulan.
3. Kondisi daerah bencana :
Morfologi : Kecamatan
Padureso terletak di perbukitan bergelombang kuat, dengan ketinggian 102,5 –
170 mdpl. Lokasi Gerakan Tanah di Desa Kalijering berada di puncak bukit dengan
kelerengan 30º - 40º.
Geologi : Berdasarkan
hasil pengamatan lapangan di lokasi bencana di Kalijering batuan penyusun pada
bagian atas berupa tanah pelapukan lempung-lanau dengan ketebalan 3-5 m
sedangkan batuan dasarnya berupa perselingan batupasir terkekarkan kuat dengan
batulempung N 172oE/20o dan diatasnya terdapat breksi dengan komposisi
andesit (Gambar 2). Secara geologi regional daerah bencana merupakan Anggota
Breksi Formasi Halang (Tmpb). Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Kebumen,
Jawa (Asikin, S, dkk, 1992).
Tata Guna Lahan : Secara
umum tata guna lahan kebun campuran dengan tanaman bambu, sengon, pisang,
kelapa, cengkeh. Tumbuhan berakar serabut (bambu, pisang, kelapa) mendominasi
daerah lereng. Bagian atas terdapat pemukiman dan kebun, setempat setempat
pemukiman berada pada tengah dan bawah tebing.
Keairan : Kondisi hidrogeologi
daerah Kebumen di bagian utara mempunyai potensi sumber daya air tanah dengan
produktifitas tinggi – sedang. pada sebagian wilayah di bagian utara yang
berupa rangkaian pegunungan–perbukitan dengan litologi batuan bersifat tufaan,
batulempung potensi sumber daya air tanahnya secara umum rendah. Sedang untuk
daerah-daerah yang rawan kekeringan seperti daerah Kecamatan Padureso, pada
musim penghujan keberadaan airnya cukup baik, namun pada musim kemarau sangat
kekurangan air. Umumnya kedalaman muka air tanah sangat dalam > 20 m.
Masyarakat menggunakan mata air dari pegunungan yang disalurkan menggunakan
selang untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu air dari tadah hujan menjadi
salah satu alternatif penduduk daerah tersebut dalam memenuhi kebutuhan ternak
dan kolam ikan. Buruknya penataan drainase pembuangan rumah tangga maupun air
pemukaan.
Kerentanan Gerakan Tanah : Berdasarkan
Peta Prakiraan Wilayah Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah bulan Februari 2021 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi) (Gambar 3), daerah bencana termasuk dalam zona potensi terjadi
gerakan tanah menengah - tinggi, artinya daerah yang mempunyai potensi
menengah-tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah dapat terjadi jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah
lama dapat aktif kembali.
4. Kondisi Gerakan
Tanah :
Gerakan tanah/ tanah longsor di Dusun Kalijering, Desa Kalijering bertipe
longsoran tanah, mempunyai dimensi panjang longsoran 480 m hingga sungai, lebar
mahkota longsoran 58 m, lebar longsoran 145, beda tinggi lereng lk 134 m, arah
longsoran N 73-82° E. Retakan masih ditemukan, pada bagian atas bukit banyak
dijumpai retakan-retakan lebar 5 – 20 cm, dengan panjang 10-30 m (November
2020) sehingga jika curah hujan tinggi berpotensi terjadi longsoran susulan.
5. Faktor Penyebab Gerakan
Tanah:
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Dusun Kalijering, Desa
Kalijering, Kecamatan Padureso adalah :
-
Kelerengan pada lokasi bencana yang umumnya
terjal > 20º
-
Adanya longsoran dan retakan sebelumnya yang
terjadi pada bulan Oktober 2020
-
Kondisi geologi pada lokasi tersebut sangat
mengontrol kejadian gerakan tanah pelapukan yang menumpang diatas batuan kedap
air (batupasir dan breksi)
-
Sistem drainase yang buruk dan tidak kedap air
-
Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama
pada saat kejadian memicu terjadinya gerakan tanah.
6. Mekanisme Terjadinya
Gerakan Tanah.
Gerakan tanah pada lokasi ini terjadi pada lokasi sangat dikontrol oleh
kondisi geologi dan kelerengan. Tanah pelapukan yang menumpang diatas batuan
yang lebih kedap air (baik berupa batupasir sisipan batulempung atau breksi
andesit). Air permukaan yang mengalir pada saluran yang tidak kedap
mengakibatkan tanah pelapukan jenuh air dan mudah luruh. Meningkatnya tekanan
air pori (beban tanah) karena curah hujan tinggi memicu terjadinya gerakan
tanah. Permukiman yang berada pada kemiringan lereng terjal hingga sangat
terjal sehingga mudah terjadi gerakan tanah/ longsor ketika curah hujan tinggi.
Retakan yang masih terbuka bisa menjadi jalur resapan air permukaan, terutama
air hujan yang dapat mempercepat pergerakan tanah. Karena interaksi antara
faktor pengontrol dan pemicu tersebut menyebabkan lereng menjadi longsor.
7. Kesimpulan dan
Rekomendasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, maka disimpulkan sebagai
berikut:
-
Daerah bencana di di RT 02/02 Dusun Kalijering,
Desa Kaljering, Kecamatan Padureso pada saat ini masih berpotensi terjadi
longsor bila curah hujan masih tinggi.
Mengingat potensi ancaman tinggi di wilayah ini, perlu adanya
adaptasi kondisi geologi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya gerakan
tanah susulan dan mengurangi risiko akibat bencana gerakan tanah, maka
direkomendasikan:
-
Evakuasi korban dan pembersihan material
longsoran yang menutupi jalan dan sungai pada saat kondisi aman dan tidak
hujan,
-
Berdasarkan kajian sebelumnya sekitar 9 rumah
terancam agar mengungsi dulu ketempat yang aman. Oleh karena potensinya
longsoran masih ada diharapkan selalu meningkatkan kewaspadaan khususnya
permukiman yang terancam yang berada di tengah lereng (lihat peta situasi).
Dalam jangka panjang sebaiknya pemukiman yang terancam direlokasi, namun perlu
didiskusikan dengan warga di lokasi tersebut mengingat daerah Kalijering sangat
susah mencari daerah yang benar-benar aman dan dalam beberapa kasus setelah
direlokasi kembali ketempat semula.
-
Daerah area longsoran dan sekitarnya masih
berpotensi longsoran susulan apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi dengan
durasi yang cukup lama, sehingga masyarakat yang berada/tinggal di área lokasi
bencana diminta untuk melakukan evakuasi ketempat yang aman dan selalu
meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan lebat,
-
Pembuatan jalur evakuasi longsor ke daerah yang
aman/titik kumpul.
-
Pemantauan retakan di lereng atas agar jika
terjadi longsoran tidak masuk atau menutupi alur sungai. Jika alur sungai
tertutup longsor sebaiknya segera dibuka agar tidak terjadi aliran bahan
rombakan
-
Pemantauan curah hujan, jika curah hujan lebih
dari 2 jam agar segera melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman,
-
Lokasi ini sebaiknya dipasang alat peringatan
dini longsor karena banyak pemukiman berada dibawah lereng terjal
-
Retakan yang berada diatas bukit sebaiknya di
tutup dengan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk kedalam retakan
tersebut.
-
Mengalihkan saluran air agar tidak masuk ke
dalam area longsoran dan retakan karena dapat memicu terjadinya longsoran
susulan
-
Perlu perkuatan lereng dan rekayasa vegetasi
(tanaman berakar tunggal dan dalam) pada lereng,
-
Perlunya sosialisasi kepada masyarakat untuk
menyamakan persepsi potensi ancaman dan selalu membangun kesiapsiagaan ancaman
gerakan tanah khususnya untuk mengenal tanda-tanda awal terjadinya gerakan
tanah, pencegahan hingga jalur evakuasi,
-
Koordinasi ditingkatkan antara masyarakat,
aparat pemerintah setempat dan BPBD.
Informasi Peta Bencana
SiTaNa