Laporan Singkat Pemeriksaan Gerakan Tanah Di Desa Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
Laporan Singkat Pemeriksaan Gerakan Tanah Di Desa Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
Laporan hasil pemeriksaan lapangan Bencana Gerakan Tanah dan Penyelidikan tempat relokasi di Desa Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah berdasarkan surat dari BPBD Kabupaten Kebumen bernomor 540/xii/2017 tertanggal 27 Desember 2017. Hasil pemeriksaan sebagai berikut Tanah, sebagai berikut :
1. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah:
Gerakan tanah terjadi di Kampung Lemprakh, Desa Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah terjadi pada tanggal 21 Desember 2017. Secara geografis terletak pada koordinat : 7° 32' 58,4"LS dan 109° 33' 31,61" BT. Gerakan tanah tipe longsoran tetapi dalam perkembangannya berubah tipe menjadi tipe aliran bahan rombakan. Pada tahun 2013 di lokasi ini juga terjadi pernah terjadi longsoran namun tidak sebesar saat ini.
2, Kondisi daerah bencana :
- Morfologi, Secara umum daerah bencana merupakan lereng perbukitan bergelombang sedang-kuat dengan kemiringan lereng 25 - 30°. Mahkota longsoran terjadi pada bagian puncak bukit dan material landaan sejauh 196 m hampir mendekati Sungai/Kali Somagede.
- Geologi, Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi bencana batuan penyusun daerah bencana pada bagian atas berupa pelapukan breksi dan batupasir, tanah pelapukan adalah pasir lempungan yang menumpang diatas batupasir halus (Formasi Waturanda). Kemiringan perlapisan batuan secara umum searah dengan kemiringan lereng. Secara stratigrafi regional bagian paling bawah adalah lempung bersisik dengan bongkah batugamping, konglomerate, batupasir (Formasi Karangsambung) dan terdapat struktur antiklin yang memanjang (Asikin, S, dkk, 1992).
- Keairan, Kondisi keairan di daerah bencana untuk keperluan sehari-hari menggunakan air dari mata air dan memanfaatkan Sungai/Kali Somagede. Pada bagian bawah mahkota longsoran muncul mata air pada tanah pelapukan dan batuan, sehingga menjadi seperti alur kecil.
- Tata guna lahan, Pada lereng bagian atas atau pada daerah yang longsor berupa ladang (tanaman ketela), sementara dibagian atasnya lagi berupa hutan pinus. Sedangkan lereng bagian bawah merupakan pemukiman.
- Kerentanan gerakan tanah, Berdasarkan Peta Prakiraan Gerakan Tanah bulan Januari 2018 di Kabupaten Kebumen, lokasi bencana terletak pada potensi Gerakan Tanah menengah - tinggi. Potensi menengah-tinggi berarti Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, serta gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
3. Kondisi Bencana dan Akibat yang Ditimbulkan :
Gerakan tanah yang terjadi di Dusun Kenteng, Desa Kenteng berupa longsoran dengan arah gerakan relatif ke arah Barat Laut (N 305° E). Mahkota longsoran dengan lebar 18 meter, daerah terlanda sepanjang 196 m. Karena lereng yang terjal, kemiringan batuan yang searah dengan kemiringan lereng dan terdapatnya mata air dari tekuk lereng maka panjang material longsoran mencapai jauh. Longsoran ini juga pernah terjadi pada tahun 2013 namun tidak menimbulkan bencana. Dampak bencana menyebabkan :
- 2 orang luka ringan
- 2 rumah rusak berat dan hancur
- 1 mushola rusak berat
- 1 peternakan ayam rusak berat
- 6 rumah terancam
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah :
Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan antara lain adalah:
- Kemiringan lereng yang terjal dan perlapisan batuan yang searah lereng
- Munculnya mata air pada tekuk lereng sehingga meningkatkan gaya penyebab longsor
- Tanah pelapukan yang tebal dan gembur diatas batuan dasar yang relatif lebih kedap air
- Curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama memicu terjadinya gerakan tanah.
- Perubahan tata guna dari hutan pinus menjadi ladang singkong
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah :
Curah hujan yang tinggi menyebabkan air hujan masuk ke dalam tanah melalui retakan dan ruang antar butir tanah sehingga tanah pelapukan menjadi jenuh air menyebabkan bobot masanya bertambah dan kuat gesernya menurun, kelerengan yang terjal dan lapisan batupasir yang searah dengan kemiringan lereng menyebabkan potensi gerakan tanah makin tinggi, disamping itu munculnya rembesan pada kontak tanah pelapukan dan batuan dibawahnya menyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan terjadilah pergerakan tanah.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis :
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Daerah bencana terletak pada daerah rawan longsor dan masih berpotensi bergerak apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama, sehingga masyarakat yang berada/tinggal di lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan lebat yang berlangsung lama.
- Berdasarkan kajian 2 rumah yang rusak berat dan 6 rumah terancam sebaiknya direlokasi ketempat yang aman. Pada saat pemeriksaan rumah yang rusak berat dan terancam saat ini sudah melakukan relokasi mandiri yang terpisah – pisah karena ketakutan terjadi longsoran susulan.
- Jika muncul retakan segera menutup retakan dengan tanah lempung yang dipadatkan agar air hujan tidak masuk/meresap dan menjenuhi tanah pada lereng.
- Menanami lereng bagian atas dan tengah dengan tanaman keras berakar kuat dan dalam (tanaman tahunan) yang akarnya dapat mengikat tanah pada lereng, serta mampu menyerap air.
- Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan daerah yang saat ini akan dibangun untuk tempat relokasi LAYAKuntuk dijadikan sebagai tempat relokasi dengan syarat :
- Tidak melakukan pemotongan lereng dengan sudut lereng lebih besar dari 150 dengan tinggi lereng lebih dari 1,5 meter.
- Perlu dibuat saluran kedap untuk air permukaan dan air limbah rumah tangga dan dialirkan ke kaki lereng (agar tidak meresap dan menjenuhi tanah)
Sumber : http://www.vsi.esdm.go.id