98 Desa Di Kebumen Rawan Air Bersih
20 Juli 2017 10:28 WIB
Dibaca 884 kali
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen mencatat ada
sedikitnya 98 desa yang tersebar di 15 kecamatan rawan air bersih. Hal
ini dikemukakan Kasi Penanganan Kedaruratan BPBD Uko Ferdianto ST di
ruang kerjanya, Rabu (19/7).
"Persoalan kekurangan air bersih di sejumlah desa tersebut telah
menjadi perhatian serius buat kami. Saat ini kami sedang melakukan
pendataan di desa-desa rawan air bersih,” kata Uko.
Uko juga menjelaskan untuk mengatasi persoalan air bersih, Pemkab
Kebumen melalui BPBD telah menganggarkan Rp.315 juta untuk tahun ini
atau setara dengan 1600 tangki air berisi 5000 liter/tangki. Hal ini
merupakan langkah antisipasi Pemkab Kebumen dalam upaya pemenuhan
kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa.
"Dalam sehari kami siap mengirimkan tangki air berisi 5000 liter untuk
dibagikan kepada masyarakat desa yang kekurangan air bersih tersebut.
Jumlah pengiriman tergantung tingkat kebutuhan. Namun pada prinsipnya
kami siap mengirimkan 9 tangki per hari jika memang dibutuhkan. Meski
demikian, langkah antisipasi ini belum sepenuhnya mampu mengatasi
persoalan. Namun paling tidak kami telah berupaya untuk mengurangi beban
hidup mereka guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk sehari-hari,"
papar Uko.
Saat ini sebagian wilayah Kebumen tengah memasuki musim kemarau. Sumber
mata air dari pegunungan atau perbukitan mulai mengering. Sehingga
banyak warga desa sulit untuk mendapatkan aliran air bersih tersebut.
BPBD sendiri mengaku akan terus memberikan suplai air bersih sampai
tiba musim penghujan. Upaya melakukan pengeboran mencari sumber mata air
di tepi aliran sungai juga sudah dilakukan seperti di desa Pandansari
Kecamatan Sruweng dan Desa Jatiroto Kecamatan Buayan beberapa waktu
lalu.
"Untuk pengeboran di pegunungan belum dilakukan, namun kita melakukan
pengeboran mata air di tepi sungai lalu kita pompa ke bak penampungan
menggunakan mesin lalu dari bak penampung di alirkan ke Hidran Umum di
dekat permukiman warga menggunakan sistem gravitasi. Cara ini dirasa
lebih efektif karena hanya dengan melakukan pengeboran hingga kedalaman
5-6 meter sudah bisa menemukan sumber mata air bersih," kata Uko.
Namun Uko berharap, program pengeboran air bawah tanah untuk mengatasi
daerah rawan air bersih dapat terus dilakukan. Sebab air adalah sumber
utama kehidupan manusia. "Kita akan terus cari alternatif lain untuk
memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat,” kata Uko.
Adapun menurut catatan BPBD beberapa desa yang umumnya kekurangan air
bersih diantaranya adalah desa Tugu, Widoro, Candi, Pengempon, Jemur dan
lainnya.(admin/mn
Sumber : http://kebumenkab.go.id/index.php/public/news/detail/4991
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen mencatat ada sedikitnya
98 desa yang tersebar di 15 kecamatan rawan air bersih. Hal ini dikemukakan
Kasi Penanganan Kedaruratan BPBD Uko Ferdianto ST di ruang kerjanya, Rabu
(19/7).
"Persoalan kekurangan air bersih di sejumlah desa tersebut telah
menjadi perhatian serius buat kami. Saat ini kami sedang melakukan pendataan di
desa-desa rawan air bersih,” kata Uko.
Uko juga menjelaskan untuk mengatasi
persoalan air bersih, Pemkab Kebumen melalui BPBD telah menganggarkan Rp.315
juta untuk tahun ini atau setara dengan 1600 tangki air berisi 5000
liter/tangki. Hal ini merupakan langkah antisipasi Pemkab Kebumen dalam upaya
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa.
"Dalam sehari kami siap
mengirimkan tangki air berisi 5000 liter untuk dibagikan kepada masyarakat desa
yang kekurangan air bersih tersebut. Jumlah pengiriman tergantung tingkat
kebutuhan. Namun pada prinsipnya kami siap mengirimkan 9 tangki per hari jika
memang dibutuhkan. Meski demikian, langkah antisipasi ini belum sepenuhnya
mampu mengatasi persoalan. Namun paling tidak kami telah berupaya untuk
mengurangi beban hidup mereka guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk
sehari-hari," papar Uko.
Saat ini sebagian wilayah Kebumen tengah memasuki
musim kemarau. Sumber mata air dari pegunungan atau perbukitan mulai mengering.
Sehingga banyak warga desa sulit untuk mendapatkan aliran air bersih tersebut.
BPBD sendiri mengaku akan terus memberikan suplai air bersih sampai tiba musim
penghujan. Upaya melakukan pengeboran mencari sumber mata air di tepi aliran
sungai juga sudah dilakukan seperti di desa Pandansari Kecamatan Sruweng dan
Desa Jatiroto Kecamatan Buayan beberapa waktu lalu. "Untuk pengeboran di
pegunungan belum dilakukan, namun kita melakukan pengeboran mata air di tepi
sungai lalu kita pompa ke bak penampungan menggunakan mesin lalu dari bak
penampung di alirkan ke Hidran Umum di dekat permukiman warga menggunakan
sistem gravitasi.
Cara ini dirasa lebih efektif karena hanya dengan melakukan
pengeboran hingga kedalaman 5-6 meter sudah bisa menemukan sumber mata air
bersih," kata Uko.
Namun Uko berharap, program pengeboran air bawah tanah
untuk mengatasi daerah rawan air bersih dapat terus dilakukan. Sebab air adalah
sumber utama kehidupan manusia.
"Kita akan terus cari alternatif lain
untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat,” kata Uko.
Adapun menurut
catatan BPBD beberapa desa yang umumnya kekurangan air bersih diantaranya
adalah desa Tugu, Widoro, Candi, Pengempon, Jemur dan lainnya.(admin/mn)
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen mencatat ada
sedikitnya 98 desa yang tersebar di 15 kecamatan rawan air bersih. Hal
ini dikemukakan Kasi Penanganan Kedaruratan BPBD Uko Ferdianto ST di
ruang kerjanya, Rabu (19/7).
"Persoalan kekurangan air bersih di sejumlah desa tersebut telah
menjadi perhatian serius buat kami. Saat ini kami sedang melakukan
pendataan di desa-desa rawan air bersih,” kata Uko.
Uko juga menjelaskan untuk mengatasi persoalan air bersih, Pemkab
Kebumen melalui BPBD telah menganggarkan Rp.315 juta untuk tahun ini
atau setara dengan 1600 tangki air berisi 5000 liter/tangki. Hal ini
merupakan langkah antisipasi Pemkab Kebumen dalam upaya pemenuhan
kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa.
"Dalam sehari kami siap mengirimkan tangki air berisi 5000 liter untuk
dibagikan kepada masyarakat desa yang kekurangan air bersih tersebut.
Jumlah pengiriman tergantung tingkat kebutuhan. Namun pada prinsipnya
kami siap mengirimkan 9 tangki per hari jika memang dibutuhkan. Meski
demikian, langkah antisipasi ini belum sepenuhnya mampu mengatasi
persoalan. Namun paling tidak kami telah berupaya untuk mengurangi beban
hidup mereka guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk sehari-hari,"
papar Uko.
Saat ini sebagian wilayah Kebumen tengah memasuki musim kemarau. Sumber
mata air dari pegunungan atau perbukitan mulai mengering. Sehingga
banyak warga desa sulit untuk mendapatkan aliran air bersih tersebut.
BPBD sendiri mengaku akan terus memberikan suplai air bersih sampai
tiba musim penghujan. Upaya melakukan pengeboran mencari sumber mata air
di tepi aliran sungai juga sudah dilakukan seperti di desa Pandansari
Kecamatan Sruweng dan Desa Jatiroto Kecamatan Buayan beberapa waktu
lalu.
"Untuk pengeboran di pegunungan belum dilakukan, namun kita melakukan
pengeboran mata air di tepi sungai lalu kita pompa ke bak penampungan
menggunakan mesin lalu dari bak penampung di alirkan ke Hidran Umum di
dekat permukiman warga menggunakan sistem gravitasi. Cara ini dirasa
lebih efektif karena hanya dengan melakukan pengeboran hingga kedalaman
5-6 meter sudah bisa menemukan sumber mata air bersih," kata Uko.
Namun Uko berharap, program pengeboran air bawah tanah untuk mengatasi
daerah rawan air bersih dapat terus dilakukan. Sebab air adalah sumber
utama kehidupan manusia. "Kita akan terus cari alternatif lain untuk
memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat,” kata Uko.
Adapun menurut catatan BPBD beberapa desa yang umumnya kekurangan air
bersih diantaranya adalah desa Tugu, Widoro, Candi, Pengempon, Jemur dan
lainnya.(admin/mn
Sumber : http://kebumenkab.go.id/index.php/public/news/detail/49
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen mencatat
ada sedikitnya 98 desa yang tersebar di 15 kecamatan rawan air bersih.
Hal ini dikemukakan Kasi Penanganan Kedaruratan BPBD Uko Ferdianto ST di
ruang kerjanya, Rabu (19/7).
"Persoalan kekurangan air bersih di sejumlah desa tersebut telah
menjadi perhatian serius buat kami. Saat ini kami sedang melakukan
pendataan di desa-desa rawan air bersih,” kata Uko.
Uko juga menjelaskan untuk mengatasi persoalan air bersih, Pemkab
Kebumen melalui BPBD telah menganggarkan Rp.315 juta untuk tahun ini
atau setara dengan 1600 tangki air berisi 5000 liter/tangki. Hal ini
merupakan langkah antisipasi Pemkab Kebumen dalam upaya pemenuhan
kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa.
"Dalam sehari kami siap mengirimkan tangki air berisi 5000 liter untuk
dibagikan kepada masyarakat desa yang kekurangan air bersih tersebut.
Jumlah pengiriman tergantung tingkat kebutuhan. Namun pada prinsipnya
kami siap mengirimkan 9 tangki per hari jika memang dibutuhkan. Meski
demikian, langkah antisipasi ini belum sepenuhnya mampu mengatasi
persoalan. Namun paling tidak kami telah berupaya untuk mengurangi beban
hidup mereka guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk sehari-hari,"
papar Uko.
Saat ini sebagian wilayah Kebumen tengah memasuki musim kemarau. Sumber
mata air dari pegunungan atau perbukitan mulai mengering. Sehingga
banyak warga desa sulit untuk mendapatkan aliran air bersih tersebut.
BPBD sendiri mengaku akan terus memberikan suplai air bersih sampai
tiba musim penghujan. Upaya melakukan pengeboran mencari sumber mata air
di tepi aliran sungai juga sudah dilakukan seperti di desa Pandansari
Kecamatan Sruweng dan Desa Jatiroto Kecamatan Buayan beberapa waktu
lalu.
"Untuk pengeboran di pegunungan belum dilakukan, namun kita melakukan
pengeboran mata air di tepi sungai lalu kita pompa ke bak penampungan
menggunakan mesin lalu dari bak penampung di alirkan ke Hidran Umum di
dekat permukiman warga menggunakan sistem gravitasi. Cara ini dirasa
lebih efektif karena hanya dengan melakukan pengeboran hingga kedalaman
5-6 meter sudah bisa menemukan sumber mata air bersih," kata Uko.
Namun Uko berharap, program pengeboran air bawah tanah untuk mengatasi
daerah rawan air bersih dapat terus dilakukan. Sebab air adalah sumber
utama kehidupan manusia. "Kita akan terus cari alternatif lain untuk
memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat,” kata Uko.
Adapun menurut catatan BPBD beberapa desa yang umumnya kekurangan air
bersih diantaranya adalah desa Tugu, Widoro, Candi, Pengempon, Jemur dan
lainnya.(admin/mn)
Sumber : http://kebumenkab.go.id/index.php/public/news/detail/