Lima Pilar Landasan Organisasi Penanggulangan Bencana yang Berkualitas
Lima Pilar Landasan Organisasi Penanggulangan Bencana yang Berkualitas
Lima Pilar Landasan Organisasi Penanggulangan Bencana yang Berkualitas
NUSA DUA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyampaikan lima pandangan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Penanggulangan Bencana pada Rabu (21/2) di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali. Willem mengatakan bahwa BNPB dan BPBD sebagai organisasi penanggulangan bencana perlu menekankan pada beberapa aspek. “Organisasi ini memberi manfaat sebesar-besarnya untuk rakyat,” papar Willem di hadapan 3.000 peserta rakernas. Pandangan tersebut memberikan makna bahwa negara hadir di tengah rakyat dalam penanggulangan bencana.
“Rakyat menjadi titik fokus dalam perencanaan kegiatan penanggulangan bencana dan selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk rakyat,” demikian tambah Willem.
“Saya sudah melihat di lapangan, bapak dan ibu hadir secara fisik bekerja keras dan mengerahkan sumberdaya. Saya sangat mengapresiasi itu.”
Pandangan kedua yaitu kerja tuntas dan fokus pada hasil akhir. Willem menjabarkan pandangannya bahwa BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) jangan terpaku di proses namun lalai di hasil akhir. Menurut Willem, kedua institusi tersebut perlu memfokuskan pada kegiatan prioritas dapat memberikan dampak besar dan dikerjakan secara totalitas dan tuntas. Willem mencontohkan mengapa dibutuhkan prioritas karena salah satunya anggaran yang terbatas.
Selanjutnya, Willem menyampaikan pandangan ketiga bahwa BNPB dan BPBD berpegang pada emergency mindset dan pantang terhadap business as usual. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa BNPB dan BPBD merupakan institusi yang dinamis dan harus siap setiap saat, siap dari sisi organisasi dan siap dari sisi individu.
“Semua harus memiliki emergency mindset, artinya cepat dalam berpikir, mengambil keputusan dan bertindak dan selalu siap kapan pun ketika dibutuhkan oleh organisasi,” kata Willem di hadapan 3.000 lebih peserta perwakilan dari 472 BPBD provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
“Jangan terpaku pada rutinitas, jadilah organisasi yang sibuk memperbaiki diri dan sibuk membuat terobosan serta tidak cepat puas atas apa yang sudah dicapai.”
Pandangan keempat yaitu organisasi yang berbasis sistem dan teknologi. Willem menyampaikan bahwa teknologi dan inovasi dibutuhkan untuk mengubah cara bekerja dan menjadikan hal tersebut sebagai kekuatan dalam penanggulangan bencana. Sistem dan teknologi yang dibangun harus mampu untuk menembus ego sectoral dan mendorong kinerja organisasi.
Menutup arahan kepada para peserta, Willem juga menekankan pada aspek sumber daya manusia yang terpilih, terdidik dan terlatih. Menurutnya, penguatan sumber daya manusia merupakan pilar utama BNPB dan BPBD dan harus menjadi prioritas.
“Harus ada master plan penguatan sumber daya manusia sehingga pelatihan dan penguatanya dapat dilakukan secara sistematis, bertahap, berjenjang dan terukur sesuai dengan bidang dan jabatan untuk semua level.”
Sehubungan dengan sumber daya manusia tersebut, BNPB sedang merencanakan untuk membentuk suatu akedemi yang bertujuan untuk memberikan solusi strategis dan jangka Panjang untuk membangun sumber daya manusia yang tangguh dan profesional.
Sementara itu, pembukaan rakernas akan dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani pada malam hari. Beberapa menteri akan memberikan paparan kepada para peserta pada hari kedua di rakernas yang dihadiri juga oleh kepala dan sekretaris daerah beberapa wilayah di Indonesia.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB