Seputar Fakta dan Mitos Laka Laut Selatan
Seputar Fakta dan Mitos Laka Laut Selatan
Source : Berbagi Route Wilayah Kebumen
Salam tangguh,
Maraknya terjadi laka laut di penghujung tahun 2018 ini membuat kita semua menjadi prihatin. Apalagi di minggu baru-bari ini sudah banyak terjadi laka laut yang menelan korban tidak sedikit, seperti di lansir di media online berita-berita laka laut menjadi berita harian.
Betulkah Nyi Roro Kidul Meminta Tumbal ?
Ditambah lagi beredar di masyarakat yang katanya Nyi Roro Kidul sedang meminta Jengger (Remaja tanggung red) sebanyak 250, sehingga menambah kepercayaan masyarakat bahwa korban laka laut itu atas permintaan Nyi Roro Kidul.
Ironisnya di masyarakat semakin menguat kepercayaan akan mitos yang beredar akibat dari berita dan cerita-cerita baik dari online maupun dari mulut ke mulut dan mitos itu semakin mengakar kuat di masyarakat dengan adanya korban setiap tahunnya. Para korban tersebut diyakini menjadi tumbal dari Nyi Roro Kidul. Yaitu Jin yang menjelma menjadi sosok wanita cantik yang selalu berpakaian serba hijau. Nyi Roro Kidul inilah yang diyakini sebagai jin penunggu laut selatan. Konon Nyi Roro Kidul ini jika tidak diberi sesaji akan murka dan meminta tumbal dari kalangan manusia serta membuat bencana. Persembahan sesaji inilah yang disebut dengan sedekah laut atau larung. Jadi larung adalah ritual peribadahan dengan ubo rampe (sesajian) yang dipersembahakan kepada jin penunggu laut atau sungai dengan tujuan menolak marabahaya atau sebagai wujud ungkapan syukur atau mengharapkan keberkahan dari penunggunya.
Betulkah Laka Laut Karena Nyi Roro Kidul ?
Agar kita tidak tersesat dan disesatkan oleh mitos, tidak ada salahnya kita mendengarkan para pakar geologi dan pengelola obyek wisata setempat.
Penjelasan Ilmiah kenapa laut selatan Sering menelan korban.
Secara ilmiah dapat di jelaskan kenapa laut selatan sering menelan korban dari para wisatawan yang mengunjunginya.
Pertama: Berdasarkan info pihak berwenang daerah wisata setempat ada 3 faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Pertama, wisatawan kurang disiplin mematuhi rambu-rambu larangan berenang yang dipasang oleh petugas. Kedua, minimnya jumlah petugas penjaga pantai. Ketiga, terbatasnya peralatan dan perlengkapan untuk mengawasi pantai.
Kedua : Secara ilmiah pakar geologi telah menjelaskan hal tersebut. Adapun penjelasannya secara singkat adalah sebagai berikut. Dengan analisis melalui pendekatan ilmu kebumian (geologi) dapat ditafsirkan, penyebab utama kecelakaan itu adalah kombinasi antara gulungan ombak dan seretan arus. Hantaman ombak menyebabkan kepanikan sehingga koordinasi gerak tubuh menjadi kacau.
Akibatnya, korban tak sadarkan diri. Pada saat bersamaan arus balik langsung menyeret korban melalui jaringan parit dasar laut. Dalam waktu relatif singkat korban akan kehilangan kesadaran karena terjadi perubahan tekanan air laut secara tiba-tiba. Kemudian korban dengan cepat kehilangan panas tubuh (hipotermia), dan akhirnya tewas terbawa arus balik. Jasad korban yang tidak kembali biasanya terjepit di sela-sela karang. Jadi korban tersebut biasanya meninggal disebabkan karena kecerobohan, bukan karena dijadikan tumbal Nyi Rorokidul.
Demikianlah sekilah tentang Laka Laut dan Mitos yang terjadi akhir-akhir ini. Biasakanlah budaya membaca dan mendengar ketika kita berada di obyek-obyek wisata yang ada himbauan untuk tidak melakukan hal-hal yang membahayakan keselamatan diri kita.